Humanisme lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian
manusia. Pendekatan ini melihat kejadian yaitu bagaimana manusia membangun
dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif. Kemampuan bertindak positif ini
yang disebut sebagai potensi manusia dan para pendidik yang beraliran humanism
biasanya memfokuskan pengajarannya pada pembangunan kemampuan positif ini.
Kemampuan positif disini erat
kaitannya dengan pengembangan emosi positif yang terdapat dalam domain afektif.
Emosi adalah karakterisitik yang sangat kuat yang nampak dari para pendidik
beraliran humanisme. Humanistik tertuju pada masalah bagaimana tiap individu
dipengaruhi dan dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan
kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Teori humanisme ini cocok untuk
diterapkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan
kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena
sosial.
Tokoh pencetus aliran humanisme
adalah Arthur Combs, Abraham Maslow, Carl Rogers, Erich Fromm daan Viktor
Frankl.
- A. Abraham Maslow
Abraham Harold Maslow dilahirkan di
Brooklyn, New York, pada tanggal 1 April 1908. Maslow dibesarkan dalam keluarga
Yahudi Rusia dengan orangtua yang tidak mengenyam pendidikan tinggi. Pada masa
kecilnya, ia dikenal sebagai anak yang kurang berkembang dibanding anak lain
sebayanya. Ia mengatakan bahwa dirinya adalah seorang anak Yahudi yang tumbuh
dalam lingkungan yang mayoritas dihuni oleh non Yahudi.
Ia merasa terisolasi dan tidak bahagia
pada masa itu. Ia tumbuh di perpustakaan diantara buku-buku. Ia awalnya
berkuliah umum, namun pada akhirnya, ia memilih untuk mempelajari psikologi dan
lulus dari Universitas Wisconsin. Pada saat ia berkuliah, ia menikah dengan
sepupunya yang bernama Bertha pada bulan Desember 1928 dan bertemu dengan
mentor utamanya yaitu Profesor Harry Harlow. Ia memperoleh gelar bachelor
pada 1930, master pada 1931, dan Ph.D pada 1934. Maslow kemudian
memperdalam riset dan studinya di Universitas Columbia dan masih mendalami
subjek yang sama. Di sana ia bertemu dengan mentornya yang lain yaitu Alfred
Adler, salah satu kolega awal dari Sigmund Freud.
Pada tahun 1937-1951, Maslow
memperdalam ilmunya di Brooklyn College. Di New York, ia bertemu dengan dua
mentor lainnya yaitu Ruth Benedict seorang antropologis, dan Max Wertheimer
seorang Gestalt psikolog, yang ia kagumi secara profesional maupun personal.
Kedua orang inilah yang kemudian menjadi perhatian Maslow dalam mendalami
perilaku manusia. Maslow menjadi pelopor aliran humanistik psikologi yang
terbentuk pada sekitar tahun 1950 hingga 1960-an. Ia menghabiskan masa
pensiunnya di California, sampai akhirnya ia meninggal karena serangan jantung
pada 8 Juni 1970. Kemudian ia dianugerahkan gelar Humanist of the Year oleh Asosiasi
Humanis Amerika pada tahun 1967.
Asumsi dan Prinsip Dasar Teori
Ahli-ahli teori humanistik
menunjukkan bahwa (1) tingkah laku individu pada mulanya ditentukan oleh
bagaimana mereka merasakan dirinya sendiri dan dunia sekitarnya, dan (2)
individu bukanlah satu-satunya hasil dari lingkungan mereka seperti yang
dikatakan oleh ahli teori tingkah laku, melainkan langsung dari dalam
(internal), bebas memilih, dimotivasi oleh keinginan untuk aktualisasi diri
(self-actualization) atau memenuhi potensi keunikan mereka sebagai manusia.
Abraham Maslow mengatakan bahwa di
dalam diri individu ada dua hal:
- Suatu usaha yang positif untuk berkembang
- Kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu
Maslow mengemukakan bahwa individu
berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarki. Bila
seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti kebutuhan psikologis,
barulah ia dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di atasnya, ialah
kebutuhan mendapatkan rasa aman dan seterusnya.
Maslow Berfokus pada individu secara
keseluruhan, bukan hanya satu aspek individu, dan menekankan kesehatan daripada
sekedar penyakit dan masalah.
Detail Teori
Teori yang terkenal dari Maslow yang
merupakan salah satu tokoh humanistik adalah teori tentang Hirarki Kebutuhan.
Adapun hirarki kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut:
- Kebutuhan fisiologis atau dasar
- Kebutuhan akan rasa aman
- Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi
- Kebutuhan untuk dihargai
- Kebutuhan untuk aktualisasi diri
Maslow (1968) berpendapat bahwa ada
hierarki kebutuhan manusia. Kebutuhan untuk tingkat yang paling rendah yaitu
tingkat untuk bisa survive atau mempertahankan hidup dan rasa aman, dan ini
adalah kebutuhan yang paling penting. Tetapi jika manusia secara fisik
terpenuhi kebutuhannya dan merasa aman, mereka akan distimuli untuk memenuhi
kebutuhan yang lebih tinggi, yaitu kebutuhan untuk memiliki dan dicintai dan
kebutuhan akan harga diri dalam kelompok mereka sendiri. Jika kebutuhan ini
terpenuhi orang akan kembali mencari kebutuhan yang lebih tinggi lagi, prestasi
intelektual, penghargaan estetis dan akhirnya self-actualization.
Maslow (1954) menyusun hirerarki
kebutuhan. Di dalam hirarki ini, ia menggunakan suatu susunan piramida untuk
menjelaskan dorongan atau kebutuhan dasar yang memotivasi individu. Kebutuhan
yang paling dasar, yakni kebutuhan fisiologis akan makanan, air, tidur, tempat
tinggal, ekspresi seksual, dan bebas dari rasa nyeri, harus dipenuhi pertama
kali. Tingkat kedua adalah kebutuhan akan keselamatan, keamanan, dan bebas dari
bahaya atau ancaman kerugian. Tingkat ketiga ialah kebutuhan akan mencintai dan
memiliki, yang mencakup membina keintiman, persahabatan, dan dukungan. Tingkat
keempat ialah kebutuhan harga diri, yang mencakup kebutuhan untuk dihormati dan
diargai orang lain. Tingkat yang paling tinggi ialah aktualisasi diri,
kebutuhan akan kecantikan, kebenaran, dan keadilan.
Maslow mengajikan hipotesis bahwa
kebutuhan dasar di tingkat paling bawah piramida akan mendominasi
perilaku individu sampai kebutuhan tersebut dipenuhi, kemudian kebutuhan
tingkat selanjutnya menjadi dominan.
Maslow menggunakan istilah
aktualisasi diri untuk menjelaskan individu yang telah mencapai semua kebutuhan
hirarki dan mengembangkan potensinya secara keseluruhan dalam hidup.
Teori Maslow menjelaskan bahwa
perbedaan individu terletak pada motivasinya, yang tidak selalu stabil seanjang
kehidupan. Lingkungan hidup yang traumatic atau kesehatan yang terganggu dapat
menyebabkan individu mundur ke tingkat motivasi yang lebih rendah.
Kedudukan Pengasuhan dalam Teori
Dalam pendekatan humanistik, orang
tua diajarkan untuk mencerminkan perasaan anak-anak mereka dan membantu mereka
tumbuh dalam kesadaran diri dan pemahaman, serta memfasilitasi kematangan
psikologis anak-anak mereka.
Abraham Maslow melengkapi pemikiran
tersebut dengan teori motivasi. Menurutnya, potensi-potensi unik seorang anak
akan muncul apabila diberi motivasi dengan cara penyampaian wawasan, contoh
orang tua, pergaulan dengan teman lain, maupun pengalaman langsung.
Dalam praktik pengasuhan, orang tua
dianggap sebagai fasilitator yaitu menyediakan lingkungan dan sarana belajar
anak untuk mengembangkan potensinya. Semakin dipenuhinya fasilitas yang
dibutuhkan anak, akan semakin berkembang potensi-potensi yang dimiliki seorang
anak.
Selain itu, orang tua harus berperan
sebagai motivator. Peran ini dilakukan dengan memberikan dorongan dan dukungan
bagi berbagai hal yang menjadi minat seorang anak. Apabila anak melakukan
kekeliruan tidak disalahkan atau disudutkan tetapi diberi berikan bimbingan
dengan kalimat-kalimat yang membangkitkan semangat. Sehingga anak terpacu untuk
melakukan tugasnya dan semakin tinggi tingkat pengaktualisasiannya.
- B. Carl Roger
Carl Ransom Rogers lahir pada
tanggal 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinios, Chicago. Rogers meninggal dunia
pada tanggal 4 Februari 1987 karena serangan jantung. Latar belakang: Rogers
adalah putra keempat dari enam bersaudara. Rogers dibesarkan dalam keluarga
yang berkecukupan dan menganut aliran protestan fundamentalis yang terkenal
keras, dan kaku dalam hal agama, moral dan etika. Rogers terkenal sebagai
seorang tokoh psikologi humanis, aliran fenomenologis-eksistensial, psikolog
klinis dan terapis, ide – ide dan konsep teorinya banyak didapatkan dalam
pengalaman -pengalaman terapeutiknya.(Schultz 1991)
Carl Rogers adalah seorang psikolog
yang terkenal dengan pendekatan terapi klinis yang berpusat pada klien (client
centered) (Clifford 1986). Rogers kemudian menyusun teorinya dengan
pengalamannya sebagai terapis selama bertahun-tahun. Teori Rogers mirip dengan
pendekatan Freud, Namun pada hakikatnya Rogers berbeda dengan Freud karena
Rogers menganggap bahwa manusia pada dasarnya baik atau sehat. Dengan kata
lain, Rogers memandang kesehatan mental sebagai proses perkembangan hidup
alamiah, sementara , kejahatan, dan persoalan kemanusiaan lain dipandang
sebagai penyimpangan dari kecenderungan alamiah. Teori Rogers didasarkan pada
suatu “daya hidup” yang disebut kecenderungan aktualisasi. Kecenderungan
aktualisasi tersebut diartikan sebagai motivasi yang menyatu dalam setiap diri
makhluk hidup dan bertujuan mengembangkan seluruh potensinya semaksimal
mungkin. Jadi, makhluk hidup bukan hanya bertujuan bertahan hidup saja, tetapi
ingin memperoleh apa yang terbaik bagi keberadaannya.Dari dorongan tunggal
inilah, muncul keinginan-keinginan atau dorongan-dorongan lain yang disebutkan
oleh psikolog lain, seperti kebutuhan untuk udara, air, dan makanan, kebutuhan
akan rasa aman dan rasa cinta, dan sebagainya.(George 2008)
Rogers membedakan dua tipe belajar,
yaitu:
1. Kognitif (kebermaknaan)
2. experiential ( pengalaman atau
signifikansi)
Meskipun teori yang dikemukan Rogers
adalah salah satu dari teori holistik, namun keunikan teori adalah sifat
humanis yang terkandung didalamnya. Teori humanistik Rogers pun menpunyai
berbagai nama antara lain : teori yang berpusat pada pribadi (person
centered), non-directive, klien (client-centered), teori yang
berpusat pada murid (student-centered), teori yang berpusat pada
kelompok (group centered), dan person to person). Namun istilah person
centered yang sering digunakan untuk teori Rogers.
Asumsi dan Prinsip Dasar Teori
- Kecenderungan formatif : Segala hal di dunia baik organik maupun non-organik tersusun dari hal-hal yang lebih kecil.
- Kecenderungan aktualisasi: Kecenderungan setiap makhluk hidup untuk bergerak menuju ke kesempurnaan atau pemenuhan potensial dirinya. Tiap individual mempunyai kekuatan yang kreatif untuk menyelesaikan masalahnya.
Ide pokok dari teori-teori Rogers
yaitu individu memiliki kemampuan dalam diri sendiri untuk mengerti diri,
menentukan hidup, dan menangani masalah-masalah psikisnya asalkan konselor
menciptakan kondisi yang dapat mempermudah perkembangan individu untuk
aktualisasi diri. (Schultz 1991)
Carl Rogers mengembangkan teorinya
dari penelitiannya bersama pasien dan klien di klinik. Rogers merasa terkesan
dengan apa yang ia lihat saat kecenderungan bawaan individu yang bergerak ke
arah pertumbuhan, maturitas, dan perubahan positif. Ia menjadi yakin bahwa
kekuatan dasar yang memotivasi organisme manusia adalah kecenderungan
beraktualisasi – suatu kecenderungan ke arah pemenuhan atau aktualisasi semua
kapasitas organisme. Organisme yang tumbuh mencari cara untuk memenuhi
potensinya di dalam batas-batas hereditasnya. Seseorang mungkin tidak selalu
dengan jelas merasakan tindakan mana yang menyebabkan pertumbuhan dan tindakan
mana yang regresif. Tetapi jika jalan itu jelas, individu memilih untuk tumbuh
ketimbang regresi. Rogers tidak menyangkal bahwa terdapat kebutuhan lain,
sebagian darinya adalah biologis., tetapi ia memandang semuanya itu sebagai
patuh kepada motivasi organisme untuk meningkatkan dirinya. Keyakinan Rogers
akan keunggulan aktualisasi membentuk dasar terapi terpusat klien yang bersifat
nondirektif. Metoda psikoterapi ini berpendapat bahwa semua individu memiliki
motivasi dan kemampuan untuk berubah dan individu adalah orang yang paling
berkualifikasi untuk menentukan arah perubahan tersebut. Peran ahli terapi
adalah sebagai papan pantul sementara individu mengeksplorasi dan menganalisis
masalahnya. Pendekatan ini berbeda dari tipe psikoanalitik, di mana ahli terapi
menganalisis pengalaman pasien untuk menentukan masalah dan menyarankan suatu
tindakan pengobatan. Inti dari konsep dalam teori kepribadian Rogers adalah diri
(self). Diri, atau konsep-diri (Rogers menggunakan keduanya), menjadi inti
teotinya. Diri terdiri dari semua ide, persepsi, dan nilai-nilai yang
mengkarakterisasi “saya” atau “aku” ; ia mencakup kesadaran “apa saya” dan “
apa yang dapat saya lakukan.” Selanjutnya diri yang dihayati ini mempengaruhi
persepsi seseorang tentang dunia dan perilakunya. Sebagai contohnya, wanita
yang merasa dirinya kuat dan kompeten akan menghayati dan bertindak di dunia
dengan cara yang sangat berbeda dari wanita yang menganggap dirinya lemah dan
tidak berguna. Konsep diri tidak selalu mencerminkan realita : seseorang
mungkin sangat berhasil dan terhormat tetapi masih memandang dirinya sendiri
sebagai orang yang gagal.
Detail Teori
Menurut Rogers, individu menilai setiap
pengalaman berkaitan dengan konsep diri. Orang ingin bertindak dalam cara yang
konsisten dengan citra-dirinya ; pengalaman dan perasaan yang tidak konsisten
adalah mengancam dirinya dan tidak diterima oleh kesadaran. Ini pada dasarnya
adalah konsep represi freud, walaupun Rogers menganggap represi tersebut tidak
diperlukan atau permanen. (Freud mengatakan bahwa represi tidak dapat dihindari
dan sebagian aspek pengalaman individu selalu tetap berada dibawah sadar.
Semakin banyak pengalaman yang
disangkal oleh seseorang karena tidak konsisten dengan konsep dirinya, semakin
lebar jurang antara dirinya dan realita dan semakin besar kemungkinan timbulnya
ketidakmampuan menyesuaikan diri. Seorang individu yang konsep dirinya tidak
sejalan dengan perasaan dan pengalaman pribadi harus melindungi dirinya sendiri
dari kebenaran karena kebenaran akan menyebabkan kecemasan. Jika
ketidaksesuaian itu menjadi terlalu besar, pertahanan mungkin runtuh,
menyebabkan kecemasan yang berat atau gangguan emosional lain.
Sebaliknya, orang yang mampu
menyesuaikan diri memiliki konsep diri yang konsisten dengan pikiran,
pengalaman, dan perilaku ; diri tidak kaku tetapi fleksibel, dan dapat berubah
saat ia mengasimilasi pengalaman dan ide baru.
Diri lain dalam teori Rogers adalah
diri yang ideal. Kita semua memiliki konsepsi jenis orang yang diri kita
inginkan menjadi sepertinya. Semakin dekat diri ideal dengan diri nyata,
semakin penuh dan gembira individu yang bersangkutan. Ketidaksesuaian yang
besar antara diri ideal dan diri nyata menghasilkan orang yang tidak puas dan
tidak gembira.
Konsep diri menurut Rogers adalah
kesadaran batin yang tetap, mengenai pengalaman yang berhubungan dengan aku dan
membedakan aku dari yang bukan aku.
Konsep diri ini terbagi menjadi 2 yaitu konsep diri real dan konsep
diri ideal. Untuk menunjukkan apakah kedua konsep diri tersebut sesuai atau
tidak, Rogers mengenalkan 2 konsep lagi, yaitu Incongruence dan Congruence.
Incongruence adalah ketidakcocokan antara self yang dirasakan dalam
pengalaman aktual disertai pertentangan dan kekacauan batin. Sedangkan Congruence
berarti situasi di mana pengalaman diri diungkapkan dengan seksama dalam sebuah
konsep diri yang utuh, integral, dan sejati. Setiap manusia memiliki
kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan, pengagungan, dan
cinta dari orang lain. Kebutuhan ini disebut need for positive regard,
yang terbagi lagi menjadi 2 yaitu conditional positive regard
(bersyarat) dan unconditional positive regard (tak bersyarat). (Schultz
1991)
Jadi dua jenis ketidaksesuaian dapat
terjadi : satu, antara diri dan pengalaman realita ; dan yang lain antara diri
dan diri ideal. Rogers memiliki beberapa hipotesis tentang bagaimana
ketidaksesuaian itu dapat berkembang.
Rogers menggambarkan pribadi yang
berfungsi sepenuhnya adalah pribadi yang mengalami penghargaan positip tanpa
syarat. Ini berarti dia dihargai, dicintai
karena nilai adanya diri sendiri sebagai person sehingga ia tidak bersifat
defensif namun cenderung untuk menerima diri dengan penuh kepercayaan.
Lima sifat khas orang yang berfungsi
sepenuhnya (fully human being):
1.Keterbukaan pada pengalaman
Orang yang berfungsi sepenuhnya
adalah orang yang menerima semua pengalaman dengan fleksibel sehingga selalu
timbul persepsi baru. Dengan demikian ia akan mengalami banyak emosi
(emosional) baik yang positip maupun negatip.
2. Kehidupan Eksistensial
Kualitas dari kehidupan eksistensial
dimana orang terbuka terhadap pengalamannya sehingga ia selalu menemukan
sesuatu yang baru, dan selalu berubah dan cenderung menyesuaikan diri sebagai
respons atas pengalaman selanjutnya.
3. Kepercayaan terhadap organisme
orang sendiri
Pengalaman akan menjadi hidup ketika
seseorang membuka diri terhadap pengalaman itu sendiri. Dengan begitu ia akan
bertingkah laku menurut apa yang dirasanya benar (timbul seketika dan intuitif)
sehingga ia dapat mempertimbangkan setiap segi dari suatu situasi dengan sangat
baik.
4. Perasaan Bebas
Orang yang sehat secara psikologis
dapat membuat suatu pilihan tanpa adanya paksaan – paksaan atau rintangan –
rintangan antara alternatif pikiran dan tindakan. Orang yang bebas memiliki
suatu perasaan berkuasa secara pribadi mengenai kehidupan dan percaya bahwa
masa depan tergantung pada dirinya sendiri, tidak pada peristiwa di masa lampau
sehingga ia dapat meilhat sangat banyak pilihan dalam kehidupannya dan merasa
mampu melakukan apa saja yang ingin dilakukannya.
5. Kreativitas
Keterbukaan diri terhadap pengalaman
dan kepercayaan kepada organisme mereka sendiri akan mendorong seseorang untuk
memiliki kreativitas dengan ciri – ciri bertingkah laku spontan, tidak
defensif, berubah, bertumbuh, dan berkembang sebagai respons atas
stimulus-stimulus kehidupan yang beraneka ragam di sekitarnya. (Schultz 1991)
Kedudukan Pengasuhan dalam Teori
Rogers mengatakan bahwa orang-konsep
diri sering tidak sama persis dengan kenyataan. Sebagai contoh, seseorang
mungkin menganggap dirinya sangat jujur tetapi
sering berbohong kepada atasannya tentang mengapa ia terlambat untuk bekerja.
Rogers menggunakan istilah ketidaksesuaian untuk mengacu pada
kesenjangan antara konsep diri dan realitas. Kesesuaian, di sisi lain,
adalah pertandingan yang cukup akurat antara konsep diri dan realitas. Menurut
Rogers, orangtua mempromosikan ketidaksesuaian jika mereka memberi anak-anak
mereka cinta bersyarat. Jika orang tua menerima anak hanya bila anak
berperilaku dengan cara tertentu, anak kemungkinan untuk memblokir pengalaman
yang dianggap tidak dapat diterima. Di sisi lain, jika orang tua menunjukkan
kasih tanpa syarat, anak dapat mengembangkan kongruensi. Orang dewasa yang
orang tuanya dalam pengasuhan memberikan cinta bersyarat, di masa dewasa akan
terus mengubah pengalaman mereka dalam rangka agar merasa diterima.
Pengasuhan sangat penting
kedudukannya dimana orangtua yang memberikan pengasuhan yang baik dapat
memberikan kebutuhan penghargaan positif tanpa syarat dimana dengan
terpenuhinya kebutuhan tersebut anak akan menjadi fungsional. Ini berarti
mereka merasa dirinya dihargai oleh orangtua dan orang lain walaupun perasaan,
sikap, dan perilakunya kurang dari ideal. Jika orangtua hanya memberikan
penghargaan positif tanpa syarat, menilai anak hanya jika ia bertindak,
berpikir, atau berperasaan dengan benar, anak kemungkinan mengalami distorsi
konsep dirinya. Sebagai contohnya, perasaan kompetisi dan permusuhan kepada
adik bayi dan biasanya menghukum tindakan tersebut. Anak agaknya harus
mengintegrasikan pengalaman ini ke dalam konsep diri mereka. Mereka mungkin
memutuskan bahwa orangtua tidak menyukai mereka dan demikian merasa ditolak.
Atau mereka mungkin menyangkal perasaan mereka dan memutuskan mereka tidak
ingin memukul adik. Tiap sikap itu mengandung distorsi kebenaran. Alternatif
ketiga adalah yang paling mungkin diterima oleh anak-anak, tetapi dalam
melakukannya, mereka menyangkal perasaan yang sesungguhnya diri mereka, yang
kemudian menjadi tidak disadari. Semakin orang didorong untuk menyangkal
perasaannya sendiri dan menerima nilai-nilai orang lain, semakin tidak nyaman
perasaan mereka tentang dirinya sendiri. Rogers menyatakan bahwa pendekatan
terbaik bagi orangtua adalah mengenali perasaan anak sebagai sesuatu yang nyata
sambil menjelaskan alasan mengapa perbuatan memukul tidak dapat diterima.
Sumber : http://ceritaanni.wordpress.com/2011/10/08/teori-humanistik-maslow-roger/ diakses tanggal 21
Desember 2013 pukul 18.00 wita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar