-->

Rabu, 07 Agustus 2013

YADNYA SESA APA DAN BAGAIMANA ITU?

Om Swastiastu,
Dengan menghaturkan puja kehadapan Hyang Maha Kuasa, dan menyampaikan syalan bahagia kepada saudara para pembaca yang bijaksana, saya berkeinginan menulis tentang Yadnya Sesa ( mesaiban ), sebab upacara ini sering sekali muncul dalam pertanyaan umat dikala saya memberikan Dharma Wacana. Maka saya berkesimpulan bahwa Umat telah ada keinginan tau lebih banyak dan lebih mendalam tentang yadnya sesa tersebut. Yang tujuan utamanya adalah untuk menghilangkan keragu-raguan dalam melaksanakannya.

Yadnya sesa itu tergolong NITYA KARMA artinya aktifitas agama sehari - hari dalam bentuk upacara sederhana. Yang sering menjadi pertanyaan adalah; Berapa jumlah bantennya? Dimana saja mebanten saiban? dan umat sering mendapatkan jawaban yang beraneka ragam. Untuk itulah saya sekarang ikut menyumbangkan pekiran semoga ada manfaatnya.

Yajna-sistasinah santo mucyante sarva-kilbisaih,
bhunjate te tv agham papa ye pancaty atman-karanat.

(BG. III. 13).

Artinya;

Orang-orang baik yang menyantap makanan yang dihaturkan terlebih dahulu sebagai kurban suci yajna akan dibebaskan dari semua dosa akan tetapi mereka orang jahat yang mempersiapkan santapan hanya diri mereka sendiri sesungguhnya mereka menyantap dosa.

Berdasarkan petunjuk pasal inilah awal adanya yang disebut yanja sesa (di Bali dikenal dengan banten saiban). Memahami makna dan tujuan sloka tersebut, maka bagi kita umat Hindu, merupakan sebuah kewajiban untuk melakukan yajna sesa tersebut. Oleh sebab itulah setau saya di Bali umat Hindu sangat taat sekali melaksanakan yajna sesa.

Namun masih ada sedikit kesimpang siuran di dalam pelaksanaannya. Ada yang mengatakan jumlahnya sesuai dengan neptu manca desa yaitu berjumlah 33 buah, dan dihaturkan sesuai dengan arah mata angin, ada yang mengatakan di lima tempat yang bertujuan kepada unsur Panca Maha Bhuta, yaitu; di pelataran rumah (pertiwi), di bak air/keran/ belong (apah), di dapur/kompor (teja), di pintu masuk pekarangan (bayu), dan di cucuran atap rumah (akasa). Dan adalagi menambahkan ditempat prabotan dan alat yang membantu kita (dipakai alat) misalnya sapu, lubang air limbah (songmbah).

Mengenai tempat ngaturang, ada yang mengatakan munggah di palinggih, dan ada pula yang mengatakan tidak boleh munggah di pelinggih. Inilah mungkin yang menyebabkan umat kebanyakan kebingungan.

Oleh karena Yadnya sesa itu tergolong Bhuta yadnya, maka Pokok tujuan yandnya itu ditujukan ke Bhuta, dalam hal ini Panca Maha Bhuta, tempatnya seperti yang tertera diatas, tidak salah juga bila ditambahkan lagi diperuntukan kepada beberapa peralatan seperti sapu, talenan, dsb dan hal-hal yang dipandang perlu oleh meraka, sesuai dengan kemampuannya.

Yanja sesa di merajan jangan diatas (ngunggahang ring palinggih), sebab yajna itu merupakan bhuta yajna. Lalu bagaimana ucapan saat ngaturang? demikian pertanyaannya? Sebaiknya kalau belum tau mantranya, haturkan dengan bahasa sendiri (see).

Kesimpulan;
Pokok yajna sesa itu untuk Panca Maha Bhuta. Boleh ditambahkan sesuai keperluan asal jangan dijadikan beban. Lakukanlah yajna sesa itu sebelum makan atau setelah selesai memasak. lalu bagaimana kalau ada keluarga yang tidak masak? Ya lakukan juga yajna sesa itu sesuai situasi dan kondisi. Saran saya; setiap kita makan sisihkan makanan sedikit lalu dihaturkan dengan ucapan di dalam hati saja cukup, itu juga disebut yajna sesa. Sekian dan terima kasih.

Om Santih, Santih, Santih, Om

Sumber : https://www.facebook.com/Ida.Pedanda.Gede.Made.Gunung

1 komentar: