-->

Rabu, 07 Agustus 2013

KENAPA KITA SEMBAHYANG PAKAI BUNGA

Om Swastiastu,

Kelihatannya sangat sepele sekali, namun masih banyak dikalangan kita umat Hindu belum tahu maknanya sehingga sering menjadi pertanyaan. Dari seringnya muncul pertanyaan tersebutlah dapat ditarik satu kesimpulan bahwa masih banyak umat kita yang belum tahu walaupun mereka telah dari lama menggunakan "BUNGA" sebagai salah satu sarana persembahyangan. Dengan demikianlah saya tertarik untuk menulisnya disini, semoga saudara-saudara mendapatkan sekilas gambaran tentang makna bunga sebagai sarana upacara dan sekaligus sebagai sarana persembahyangan. Saya tahu sudah ada diantara saudara telah tahu dan faham tentang makna bunga, namun tulisan ini hanya bagi saudara yang masih memerlukan.

Berbicara tentang bunga dapat dimaknai dari berbagai sisi, antara lain;

MASIHKAH HUKUM KARMA PHALA BERLAKU DI JAMAN GLOBALISASI

Om Swastiastu,

Bila keyakinanmu hilang digerus oleh egoismu.
Bhaktimu kehadapan Tuhan dan terhadap leluhur akan sirna.
Cintamu sesama manusia akan semakin punah.
Kasihmu terhadap alam lingkungan semakin pudar.
Layar kesengsaraan dan layar neraka akan terpangpang lebar didepan matamu.

Setelah alam semesta ini tercipta lengkap dengan isinya, juga disertai dengan tatatertib dan peraturan bagi penghuninya guna tercapai keseimbangan hidup di alam ini, manusialah yang merupakan penerima mandat dari Sang Pencipta untuk mengolah, mengatur dan memanfaatkan alam ini demi tercapainya kedamaian dan kebahagiaan bersama termasuk kedamaian dan kebahagiaan bagi manusia itu sendiri. Hal ini dapat kita rasakan dan buktikan dengan di anugrahinya manusia itu kelibihan memiliki pikiran di bandingkan dengan makhluk lain ciptaanNya. Disamping itu manusia pula telah diberikan kitab petunjuk untuk mengatur, mengolah dan memanfaatkan alam ini, berupa kitab suci yang kata mereka bahwa kitab itu adalah wahyu dari Sang Pencipta sendiri. Sehingga isi dari kitab suci itu semestinya jangan sebatas dihafal, diomongkan, ditafsir untuk kepentingan sendiri atau untuk kepentingan sekelompok saja, dan tidak juga untuk dipertentangkan digunakan sebagai alat menjelekan pihak lain, mengintervensi, dan mengkonversi.

Langkah terbaik adalah,

SIWARATRI

OM SWASTIASTU,
Siwaratri dan Penebusan Dosa
Banyak yang beranggapan bahwa Siwaratri adalah malam peleburan dosa, hal ini mungkin karena pemahaman yang kurang jelas tentang cerita sang lubdaka yang katanya adalah pembunuh namun terbebas dari dosa karena bergadang saat malam Siwaratri. Dalam ajaran Hindu tidak ada peleburan dosa, dosa adalah hasil perbuatan (karma) yang harus tetap ditebus oleh akibat (phala). Dalam Siwarati umat manusia berusaha menyadarkan diri sehingga terhindar dari papa (kegelapan pikiran dan jiwa) seperti yang tertuang dalam puja tri sandya "Om papo'ham papakarmaham papatma papasambhavah" yang pada akhirnya akan menghindarkan manusia dari segala perbuatan dosa.

Sehari sebelum Tilem sasih Kapitu atau yang sering di sebut prawaning tilem kapitu, umat hindu memperingati Hari Siwaratri. Jika di urut dari asal katanya, siwa itu dapat diartikan sebagai terang dan ratri itu dapat diarikan gelap. Jadi Siwaratri dapat diartkan bahwa

YADNYA SESA APA DAN BAGAIMANA ITU?

Om Swastiastu,
Dengan menghaturkan puja kehadapan Hyang Maha Kuasa, dan menyampaikan syalan bahagia kepada saudara para pembaca yang bijaksana, saya berkeinginan menulis tentang Yadnya Sesa ( mesaiban ), sebab upacara ini sering sekali muncul dalam pertanyaan umat dikala saya memberikan Dharma Wacana. Maka saya berkesimpulan bahwa Umat telah ada keinginan tau lebih banyak dan lebih mendalam tentang yadnya sesa tersebut. Yang tujuan utamanya adalah untuk menghilangkan keragu-raguan dalam melaksanakannya.

Yadnya sesa itu tergolong NITYA KARMA artinya aktifitas agama sehari - hari dalam bentuk upacara sederhana. Yang sering menjadi pertanyaan adalah; Berapa jumlah bantennya? Dimana saja mebanten saiban? dan umat sering mendapatkan jawaban yang beraneka ragam. Untuk itulah saya sekarang ikut menyumbangkan pekiran semoga ada manfaatnya.

Yajna-sistasinah santo mucyante sarva-kilbisaih,
bhunjate te tv agham papa ye pancaty atman-karanat.

(BG. III. 13).

Artinya;

MENDEM ARI-ARI (NGUBUR ARI-ARI).

Om Swastiastu.
Kelanjutan dari tulisan saya tentang pendidikan pranatal yang lalu sekarang saya sambung dengan mendem ari-ari. Apa yang saya tulis disini bersumberkan kepada kitab/lontar Angatyaprana, mungkin para pembaca yang memiliki sumber lain akan mungkin menemui adanya kelainan dari apa yang saya tulis disini. Bila hal itu terjadi maka sepenuhnya saya serahkan kepada para pembaca untuk memilihnya sesuai dengan keinginan sendiri untuk digunakan sebagai landasan. Tulisan ini dibuat untuk membantu saudara kita yang belum menemui sumber yang pasti. Seba acara mendem ari-ari ini sangat penting, sebab ada kaitannya dengan ajaran Catur Sanak (sumber lontar Sundari gading). Semoga apa yang saya tulis ini dapat membantu saudara yang memerlukan.

I. PERSIAPAN SARANA;

JODOH DAN PERNIKAHAN

OM SWASTIASTU, OM AWIGNAMASTU NAMO SIWA YA.

Akhir-akhir ini telah terindikasi adanya ketidak tauan atau ketidak mengertian umat tentang jodoh dan pernikahan, sebab telah banyak terjadi pelanggaran bila dilihat dari hukum agama (Hindu), maupun dilihat dari hukum positif. Misalnya semakin banyak muncul gugatan perceraian, semakin banyak adanya kekerasan di dalam rumah tangga, persentasa yang cukup tinggi adalah nikah setelah hamil dan sebagainya. Semua permasalahan tersebut sudah merupakan tindakan pelanggaran. Disini tidak akan berbicara tentang siapa yang salah dan siapa yang benar, karena disini akan lebih fokus kepada munculnya kesadaran dari semua pihak. Sebab antara jodoh dan pernikahan itu merupakan hal yang amat penting untuk diketahui dan dipahami, karena kedua hal tersebut menyangkut masa depan keluarga dan secara sekup yang lebih luas mencakup masa depan bangsa dan negara.

Pada tulisan ini akan diuraikan tentang jodoh dan pernikahan dari persepektif ajaran Hindu (Bali), maka dari itulah reprensinya diambil dari sebuah lontar yang menulis tentang PITUDUH SANG PITARA SAAT UPACARA BALIGIA. Sebab hanya baru di dalam lontar itu ditemui uraian yang sangat dekat dengan jodoh itu sendiri, dan tidak terlepas dari kemungkinan ada juga dalam tulisan yang lainnya, namun saya belum menemuinya, mudah-mudahan nanti bila ditemui tulisan lain lagi tentang jodoh dan pernikahan disana kita akan tambahkan lagi. Untuk sementara ini, disini ditulis berdasarkan atas dasar sumber tadi. Sebab penjelasan seperti ini saya anggap sangat mendesak untuk diketahui oleh saudara-saudara kita.

I. JODOH:

HAMIL

HAMIL BAGAIMANA ITU?

Om Swastiastu, Om Awignamastu Namosiwaya.

Setelah jodoh dan perkawinan telah kita bahas disini, maka kurang lengkap rasanya bila tidak dilanjutkan dengan membahas kehamilan. Untuk membahas judul ini saya menggunakan 2 kepustakaan, yaitu : 

1. Lontar Semara reka
2. Lontar Angastyaprana

Mungkin banyak lagi kepustakaan yang memuat tentang kehamilan, namun saya baru lihat dua lontar ini. Kehamilan setelah kawin itu merupakan salah satu dari tujuan penting dari perkawinan, sebab perkawinan itu seperti yang telah diuraikan terdahulu merupakan pembentukan generasi penerus yang suputra. Maka sangat penting kita kerahui bersama tentang kehamilan dan prosesnya.

1. Proses kehamilan;