-->

Rabu, 07 Agustus 2013

JODOH DAN PERNIKAHAN

OM SWASTIASTU, OM AWIGNAMASTU NAMO SIWA YA.

Akhir-akhir ini telah terindikasi adanya ketidak tauan atau ketidak mengertian umat tentang jodoh dan pernikahan, sebab telah banyak terjadi pelanggaran bila dilihat dari hukum agama (Hindu), maupun dilihat dari hukum positif. Misalnya semakin banyak muncul gugatan perceraian, semakin banyak adanya kekerasan di dalam rumah tangga, persentasa yang cukup tinggi adalah nikah setelah hamil dan sebagainya. Semua permasalahan tersebut sudah merupakan tindakan pelanggaran. Disini tidak akan berbicara tentang siapa yang salah dan siapa yang benar, karena disini akan lebih fokus kepada munculnya kesadaran dari semua pihak. Sebab antara jodoh dan pernikahan itu merupakan hal yang amat penting untuk diketahui dan dipahami, karena kedua hal tersebut menyangkut masa depan keluarga dan secara sekup yang lebih luas mencakup masa depan bangsa dan negara.

Pada tulisan ini akan diuraikan tentang jodoh dan pernikahan dari persepektif ajaran Hindu (Bali), maka dari itulah reprensinya diambil dari sebuah lontar yang menulis tentang PITUDUH SANG PITARA SAAT UPACARA BALIGIA. Sebab hanya baru di dalam lontar itu ditemui uraian yang sangat dekat dengan jodoh itu sendiri, dan tidak terlepas dari kemungkinan ada juga dalam tulisan yang lainnya, namun saya belum menemuinya, mudah-mudahan nanti bila ditemui tulisan lain lagi tentang jodoh dan pernikahan disana kita akan tambahkan lagi. Untuk sementara ini, disini ditulis berdasarkan atas dasar sumber tadi. Sebab penjelasan seperti ini saya anggap sangat mendesak untuk diketahui oleh saudara-saudara kita.

I. JODOH:


kata jodoh ini mungkin dapat dimaknai atau memiliki pengertian banyak, sehingga kata jodoh disini hanya diperuntukan menjelaskan pertemuan laki perempuan (remaja) yang melangsungkan pernikahan. Di dalam lontar tersebut diatas ditemui kalimat yang menggambarkan perjalanan Rokh di alam sana melewati titi (jembatan) ugal-agil, disaat itu disebutkan ada rokh yang berani lewat disana dan ada juga yang ketakutan, maka yang berani menolong yang ketakutan.

Setelah mereka lewat dijembatan ugal-agil itu, mereka mengadakan perjanjian, antara lain; Bila nanti mereka dapat kesempatan menjelma kembali, maka disanalah rokh yang dibantu akan menjelma menjadi orang perempuan dan yang menolong akan menjelma menjadi orang laki, disitulah yang perempuan akan membayar jasa yang laki dengan jalan menikah, menyusun rumah tangga sejahtera, dan mengadakan keturunan yang dapat mengabdi terhadap Sang Catur Guru.

Inilah menurut saya salah satu cikal bakal adanya jodoh itu, maka saya sendiri menganggap jodoh itu merupakan wahyu dari Tuhan yang patut kita jaga dan ayomi secara bersama. Kenapa saya berani mengatakan jodoh itu merupakan wahyu dari Sang Hyang Widhi, karena ada 3 hal yang sangat sulit bahkan boleh dikatakan tidak diketaui oleh manusia di dalam hidupnya, yaitu;

1. KAPAN HAMIL IBU ITU LAHIR? ini yang belum bisa ditebak secara pasti (jangan bilang operasi) oleh siapapun kecuali oleh Sang Hyang Widhi.

2. SIAPA JODAH ANAK INI NANTINYA? Juga sulit ditentukan.

3. KAPAN KAKEK/NENEK YANG SUDAH RENTA SAKIT-SAKITAN ITU MENINGGAL? Juga tidak ada yang tau.

Berdasakan hal itulah saya menyimpulkan bahwa ketiga-tiganya itu merupakan wahyu (pemberian Tuhan). Salah satu diantaranya adalah jodoh itu wahyu Sang Hyang Widhi. Oleh karena itu, bila jodoh itu sudah ada ditangan kita (sudah nikah) janganlah diperlakukan sekehendak hati, mari dipelihara berdua (mempelai) dengan rasa kasih, sayang, cinta, saling pengertian, mensyukurinya. Rasanya kita akan sangat berdosa bila kita menelantarkan jodoh yang nota bena adalah pemberian Beliau.

Kata cinta menurut saya adalah suatu istilah yang dibikin oleh manusia, di dalam menuangkan rasa indah, rasa baik dibalik suatu keinginan yang indah pula, dan istilah yang amat suci adalah salah satu istilah manusia di dalam menyebutkan kebesaran Tuhannya ( Tuhan yang Maha Suci), istilah Yang maha suci ini hanya cocok diperuntukan kepada Tuhan. Sehingga persenyawaan dua buah cinta yang amat suci itu disebut dengan istilah yang lumrah adalah PERNIKAHAN. Begitulah jalan pikiran saya untuk menghormati sebuah pernikahan, hal ini tidak terlepas dari keinginan tidak akan terjadinya perceraian dan terjadinya KDRT. Disamping itu untuk menuju rumah tangga yang damai, generasi penerus yang berkwalitas. Bila tidak ada sesuatu yang amat mendasar, nikah satu kali dalam hidup itu menurut saya yang paling indah dan paling baik.

Manusia adalah makhluk yang mempunyai Bayu, Sabda dan Idep, didalam menjalini hidupnya mereka akan dihadapkan dengan tiga hal pula yaitu; Dharma , Artha dan Kama. Ketiga hal ini tidak bisa dilepaskan oleh manusia saat mereka melakoni hidupnya, demikian pula saat mereka pacaran, saat mereka nikah, Dharma, Artha dan Kama ini juga ikut di dalamnya. Dari ketiga unsur ini yang semestinya yang dipakai landasan pokok atau yang dominan adalah Dharma, artha dan kama sebagai pengikutnya. Pernikahan seperti inilah yang nantinya bisa kekal dan bisa disebut pernikahan berdasarkan Dharma.

Kalau pernikahan itu dasar pokoknya adalah artha atau kama, biasanya kurang kekal. Sebab artha dan kama itu sendiri sesuatu yang tidak kekal, hanya Dharmalah yang paling kekal. Untuk menguatkan keyakinan kita sebagai umat Hindu tenang pernikahan adalah suatu yang amat sakral, kita perlu mengamati secara saksama bahwa di dalam ajaran Agama Hindu tidak ada satupun ayat-ayatnya memuat tentang membenarkan perceraian, dan Kehinduan di Bali hanya ada Upacara pernikahan, tidak ada upacara perceraian. Itu dapat dipakai dasar bahwa;

1. Pernikahan itu amat sakral.
2. Pernikahan itu merupakan anugrah Tuhan.
3. Kita harus menjaga dan memelihara pernikahan tetep langgeng sampai akhir ayat kita.

Berdasarkan pengalaman saya, yang perlu mendapat perhatian lebih di dalam pernikahan adalah; "Mencocokan Budaya Hindup dari kedua mempelai", Ini suatu yang cukup sulit dan boleh dikatakan bisa menjadi pemicu hal-hal yang kurang baik, maka disinilah sangat dibutuhkan kesadaran mempelai berdua.

Kesimpulan saya;
Pernikahan itu adalah awal kita melepaskan Brahmacari Asrama, dan awal masuknya kita ke alam Grahasta Asrama. Pernikahan adalah awal dari pembentukan generasi penerus yang berkwalitas. Sekian dan Terima kasih.

Om Santih, Santih, Santih, Om.


Sumber : https://www.facebook.com/Ida.Pedanda.Gede.Made.Gunung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar